Ternyata Begini Rasanya Dinantikan

Pagi itu kami berangkat penuh semangat, kami sadar bahwa hari ini momen penting dalam hidup kami para inspirator, dokumentator dan fasilitator. Terlebih kami tak mau mengecewakan adik adik kami natinya yang telah menunggu kami untuk upacara hari senin di sekolah mereka. Dalam hati saya tertawa, kapan terakhir saya upacara bendera ya,,,hampir 3 tahun lalu saya belum pernah melakukannya lagi, apalagi semasa kuliah.

Menaiki jalan  di lereng gunung Lawu bersama para relawan ini terasa berat buat saya, terlebih ketika harus melihat Bu Eka harus jalan karena motornya nggak kuat,,berlebihan mungkin, apalagi untuk saya yang bergabung di organisasi pecinta alam kampus seharusnya ini sudah jadi hal yang biasa, jalan kaki ketika motor kami nggak kuatpun itu sudah biasa, tapi karena saya pergi dengan orang-orang yang nggak biasa pergi dengan saya untuk naik gunung, mungkin ini yang membuat jadi tidak biasa.

Kami sampai di sekolah disambut tawa riang anak-anak SD, saya jadi ingat lagi, kapan saya terakhir ke SD, apalagi untuk saya yang tinggalnya nomaden, pindah pindah kota setiap pergantian jenjang sekolah, terakhir ke SD ya pas SD, selebihnya nggak pernah lagi.

Saya tau dalam hati mereka bertanya tanya, kami ini siapa. Mungkin Pak Kepala Sekolah atau guru guru disana sudah bilang, tapi tetap saja saya masih merasa asing di pandangan mereka.

Momen demi momen diabadikan.Upacara bendera hari senin yang hampir 3 tahun ini saya belum pernah melakukan. Kemudian momen di ruang meeting yg para pengajar dan fasilitator yang sedang persiapan.

Saya menahan tawa ketika mbak Nesser mati gaya ngajar anak kelas 1-2. Satu kelas mbak Nesser yang mati gaya, dua kelas bu Eka yang anteng karena ada perjanjian di awal dan tiga kelas mbak Titis yang ceria sekali karena diisi dengan nyanyi. Terlihat sekali betapa semangatnya mereka ya Tuhan….

Namanya Mbak Eka (baca:bukan Bu Eka inspiratory kami), gendut, lucu dan hitam manis. Pertama ketemu di kelas mbak Titis. Duduk paling depan, paling pojok. Ketika saya memotret kelas sudah terlihat bahwa dia memang senang di foto.
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4)
Ketemu lagi jam kedua di kelas mbak nesser,,ini yang paling lucu,,dilakukan anak SD kelas 3,,

Di tengah tengah mbak nesser ngajar, focus saya tiba tiba jadi ke arah dia. Melihat dia yang sadar kamera tentu saja saya lebih memilih memotret dia daripada motret mbak nesser.
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4)
Dan ini yang ketiga, ya Tuhan…lucu sekali anak ini,,Semoga kami bisa ketemu lagi,,
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4)
Kelas selesai, tugas kami mengajar di hari inspirasipun juga telah selesai,,Kini saatnya acara puncak dilaksanakan. Pelepasan balon dan cita cita mereka. Bahkan sebelumnya saya sudah bisa membayangkan ketika akan mengambil gambar di momen itu saya akan bisa menangis terharu. Entah kenapa, bagi saya setiap harapan mereka, setiap cita cita mereka adalah harapan kami nantinya. Sedikit keceriaan mereka dengan kedatangan kami akan menjadi harapan besar bagi mereka nantinya, karena dari kami, mereka mendapatkan sedikit pengetahuan tentang profesi yang jika mereka besar nanti mungkin mereka yang akan memimpin bangsa ini dengan profesi mereka yang mungkin terinspirasi dari kami hari ini. 
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4)
Mengambil foto di tengah sawah tak apa, ini yang saya nantikan, saya cukup senang melihat semangat mereka menerbangkan balon cita cita mereka. Acara selesai, besar harapan kami bisa kesini lagi nanti. Anak anak memang menggemaskan, mereka polos, tak tau apa apa, sehingga kita yang dewasa yang harusnya bisa mengarahkan, memberi pengetahuan dan memberikan harapan.

Dan ini tentang Mbak Eka lagi,, disaat kami sudah akan pulang, dan sekolah sudah sepi anak anak, dia bahkan menunggu kami di depan ruang meeting kami,,Dia memang jadi perhatian saya, bukan bermaksud membeda bedakan, tapi memang saya kira dia selalu mencari perhatian dengan gaya-gayanya yang sadar kamera, apalagi bagi saya yang pegang kamera.

”Bu, besok kesini lagi ya ", siswa SD itu berkata sambil mencium tangan saya,
Ya Tuhan….seperti ini ternyata rasanya dinantikan. Rasanya seperti ingin menangis saja mendengar dia berkata seperti itu. Terima kasih ya Tuhan, syukur kami dipertemukan dengan malaikat kecil penerus bangsa ini di sela sela waktu kami.

Pendidikan memang bukan dunia saya, belajar tentang beton dan pondasi bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan anak-anak SD, saya pikir mereka tak akan bisa membayangkan apa itu beton dan apa itu pondasi, tapi entah mengapa melihat kondisi mereka membuat saya sadar bahwa memberi sedikit untuk mereka bukanlah harus apa yang kita makan sehari hari, tapi mengabadikan setiap momen keceriaan mereka adalah sesuatu yang berarti dalam hidup mereka.

Entah kenapa, saya memang sudah jatuh cinta dengan gerakan ini. Itu saja.


Claudia Larasati
Relawan Fotografer dan Videografer Kelas Inspirasi Magetan
SDN Dadi 4 Kec.Plaosan Kab. Magetan

Previous
Next Post »

Kelas Inspirasi

Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Semua orang dapat turut ambil bagian dalam gerakan ini.

Lakukan aksi nyata.

Sekarang.

(Indonesia Mengajar)