Bulan di akhir September ini masih setia menanti penghujan, yang turun
membawa kesejukan. Sesejuk udara di kaki Gunung Lawu yang jalannya
terjal lagi lengang. Namun tak menyurutkan derap langkah beberapa
relawan yang akan datang ke 5 sekolah. Sukowidi, Sambirobyong, Sendang
Agung, Dadi dan Sarangan. Matahari kian tinggi, para relawan Kelas
Inspirasi Magetan...ayo kita satukan kekuatan.
Bulan di akhir September ini masih bergaris tipis, melingkarkan senyum
manis. Semanis tingkah polos dan laku lugu anak-anak SD di 27 kota
seJawa Timur yang pagi tadi mendapatkan kakak-kakak barunya, ibu-ibu
barunya dan bapak-bapak barunya. Ceria wajahnya jauh lebih membahagiakan
daripada sekedar mendapat mainan baru, karena kakak, ibu dan bapak
barunya sama sekali tidak membawa hal itu. Tapi menjadi tauladan
sekaligus sahabat yang siap menggandeng erat tangan mereka, menggapai
mimpi.
Akhirnya setitik warna baru dari kita telah menimbulkan optimisme besar
di mata anak-anak SD dan guru-guru mereka. Dari setitik, jadikanlah
selautan. Yang menjinggakan bumi Magetan.
(Foto: Instagram @KISemarang) |
Maka, rasa hormat kami haturkan teruntuk Bapak/Ibu Kepala Sekolah
beserta seluruh jajarannya, yang telah menerima kehadiran kami dengan
sangat baik. Mengizinkan kami berbagi cerita pengalaman hidup kami.
Terima kasih, karena melalui kalian kami bisa menjadi pribadi yang
sekarang. Sungguh tanpa pengabdian dan doa tulus kalian yang membersamai
kami tempo dulu dan anak-anak SD masa kini, kami tidak akan bersekolah
hingga jenjang yg tinggi.
Maka, rasa bangga kami sampaikan kepada para Relawan Pengajar. Yang
telah menghadirkan dirinya di kelas-kelas yang penuh mimpi dan
inspirasi. Ikut melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan
bangsa. Aku langsung teringat kata bijak dari William Arthur, " The
mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher
demonstrates. The great teacher inspires." Kalian telah menjadi bagian
dari 'Great Teacher' tersebut.
Maka, rasa salut kami sampaikan kepada para Relawan Fotografer dan
Videografer. Yang telah mengabadikan dan membekukan setiap momentum
terbaik interaksi kita dengan tunas-tunas bangsa. Tak ada yang lebih
berkesan selain melihat-lihat kembali kenangan, bukan?. Aku pun langsung
teringat pesan seniorku di Mapala. "Jangan membunuh apa pun kecuali
waktu. Jangan meninggalkan apa pun kecuali jejak. Dan Jangan mengambil
apa pun selain foto, video dan gambar." Tak ada kalian, kenangan pagi
tadi tak kan berumur panjang.
Dan, rasa takjub aku ungkapkan untuk para Ralawan Panitia yang melebur
menjadi Relawan Fasilitator. Yang telah memberikan segala yang kalian
punya, dalam keterbatasan. Waktu, tenaga, pikiran hingga uang, bensin,
pulsa dan jamuan makan. Sepanjang 3 bulan perjalanan kita menuju hari di
pagi tadi, menjadi waktu yang tak bisa terupiahkan dan tak tergantikan.
Tanpa kalian, kita tidak akan mempertemukan Relawan Pengajar &
Fotografer nan hebat dengan SDN yang tak ramah untuk dijamah. Dua
kalimat dari hati untuk kalian. "Belasan nama yang menjinggakan bumi
Magetan. Sebuah lentik-lentik indah di gersangnya tanah kita."
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4) |
Hari ini, kita menyapa sopan kembali orang-orang tua dan embah di
perkampungan yang jauh dari hingar bingar perkotaan, yang terkadang
menurunkan kadar keramahan kita sebagai orang Jawa Timuran.
Kita datang, menyalami dan membumi.
Hari ini, kita kembali menyambung tali silaturahmi dengan bapak-bapak
ibu guru. Berkata dengan bahasa yang tersirat. "Bu, kalian tidak
berjalan sendirian. Kami datang dengan tulus, berjalan bersama kalian,
ikut mencerdaskan anak-anak bangsa ini."
Kita bekerja untuk mereka, untuk membumi.
Kita semua kembali ke masa-masa kecil kita dulu. Sehari menjadi bagian
tak terpisahkan dengan dunia sekolah dasar yang mendidik kita di masa
belia. Sehari merasakan riangnya menjadi anak kecil, seperti mereka.
Dan membumi.
Kita kembali ke tanah di mana kita dilahirkan dan dibesarkan. Kita
hentikan waktu yang melesat cepat, kemudian menarik ulur jauh ke
belakang saat kita bermain lari-larian, sembunyi-sembunyian dan kita
menangis saat kita terjatuh.
Dan membumi.
Kita sadar bahwa di depan kita ada satu waktu dimana kita menjadi
seperti anak kecil lagi, ingin selalu dijaga dan diperhatikan. Saat
dimana pandangan sudah lagi jenuh, syaraf dan otak kian melumpuh.
Dan akhirnya membumi
Ahahaa.....lengkap sudah hari ini. Kembali menjadi bagian tak terpisahkan dengan mereka.
Namun, apakah hanya untuk 29 September ini saja?
Untuk 5-6 jam kebersamaan saja?
Untuk 5 SDN sajakah?
Hanya 467 siswa yang kita gandeng?
Dikerjakan cuma 25 relawan fasilitator, 13 Pengajar dan 5 Fotografer?
Rasanya semua sepakat. Tidak!!!
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Sendang Agung 2) |
Oleh karenanya 3 bulan waktu yang telah menguatkan jalinan keluarga
kita, semoga selalu berakar tunggang, kuat lagi kokoh. Membesarkan
gerakan kerelawanan yang katanya super 'kece' ini.
Hingga melangit.
Kita telah merasakan getar-getar rasa yang tak terlukiskan kata, saat beberapa jam belajar bersama mereka. Tidakkah kalian ingin mengajak lebih banyak teman, sahabat, dan keluarga kita untuk mencicipi getar-getar rasa nan indah itu?Ajak lebih banyak orang lagi.
Kita telah merasakan getar-getar rasa yang tak terlukiskan kata, saat beberapa jam belajar bersama mereka. Tidakkah kalian ingin mengajak lebih banyak teman, sahabat, dan keluarga kita untuk mencicipi getar-getar rasa nan indah itu?Ajak lebih banyak orang lagi.
Biar indahnya semakin melangit.
Kita telah melihat dengan mata kepala kita. Ada looh, orang-orang yang sudah Profesional dalam bidang kerjanya mau ikut turun tangan, berkerja tanpa dibayar. Malah dia yang mengeluarkan biaya. Maka setelah ini, kita tularkan virus semangat kerelawanan ini ke lebih banyak pihak. Lebih banyak sekolah.
Kita telah melihat dengan mata kepala kita. Ada looh, orang-orang yang sudah Profesional dalam bidang kerjanya mau ikut turun tangan, berkerja tanpa dibayar. Malah dia yang mengeluarkan biaya. Maka setelah ini, kita tularkan virus semangat kerelawanan ini ke lebih banyak pihak. Lebih banyak sekolah.
Hingga melangit.
Kita telah mendengar dengan nurani yang 'trenyuh' dengan air mata. Mimpi-mimpi anak kecil ini tulus lagi jujur. Maka mari kita sama-sama besarkan kapasitasnya. Kita beri lebih banyak ruang. Kita topang bersama. Biar mimpinya semakin membubung tinggi.
Kita telah mendengar dengan nurani yang 'trenyuh' dengan air mata. Mimpi-mimpi anak kecil ini tulus lagi jujur. Maka mari kita sama-sama besarkan kapasitasnya. Kita beri lebih banyak ruang. Kita topang bersama. Biar mimpinya semakin membubung tinggi.
Dan melangit-langit.
Sudah saatnya bumi Magetan menjadi satu kilau terang di hiruk pikuknya kontemplasi jagad Nusantara yang kini dilanda krisis kepemimpinan. Kita jadikan para Pemimpi kecil ini menjadi bakal Pemimpin yang tulus hatinya, besar hatinya, tinggi nyalinya dan mulia akhlaqnya.
Sudah saatnya bumi Magetan menjadi satu kilau terang di hiruk pikuknya kontemplasi jagad Nusantara yang kini dilanda krisis kepemimpinan. Kita jadikan para Pemimpi kecil ini menjadi bakal Pemimpin yang tulus hatinya, besar hatinya, tinggi nyalinya dan mulia akhlaqnya.
Dan biarkan mereka melangit.
Dari membumi, hingga melangit.
Dari membumi, hingga melangit.
Sebuah refleksi,
Untuk Kelas Inspirasi Magetan.
Fredy Setiawan
Relawan Fasilitator Kelas Inspirasi Magetan
ConversionConversion EmoticonEmoticon