Langkah Pucuk Daun Teh

Mugkin kalian yang membaca judul tulisan ini ada yang membayangkan sebuah iklan minuman teh, dimana di iklan tersebut ada dua ekor ulat yang berjuang mencapai pucuk daun teh, sampai mengalami banyak rintangan terkena badai, angin, hujan bahkan *deerrr tersambar petir, namun ketika sampai di pucuk, eh tehnya malah dipetik, kasian kasian kasian yaa…hehehe yaaelah ini malah ngomongin iklan!? Sedikit mirip dengan iklan itu, kebetulan tulisan ini akan menceritakan perjalananku mengambil kitab suci *ehhh maksudku perjalanaku pada sebuah gerakan relawan yang lambangnya berwarna oranye jeruk mandarin dan terdapat lambang pucuk daun tehnya, sebenarnya aslinya lambangnya tunas daun mirip aja sih sama pucuk daun teh *hehehe. Nama gerakan itu adalah Kelas Inspirasi Magetan.

Sore itu, bulan Juni 2014 tepatnya dengan tanggal yang tidak tepat, seperti biasa karena tidak ada kesibukan, aku iseng menjelajahi dunianya Maya, eh maksudku dunia maya, yaitu Facebook. Dibilang Facebooker ya itu aku banget sih, sayangnya sampai sekarang tidak pernah produser Facebooker ANTV memintaku membitangi acaranya, *halah. Berjalan-jalan di beranda facebookku, dan scroll atas scroll bawah lalu koprol, dan ketemulah sebuah tulisan yang bersinar terang temarang dengan hiasan bintang-bintang *ehh lebay lagi, tulisan itu menginfokan informasi tentang Recruitment Volunteer Kelas Inspirasi Magetan. Dengan sigap, aku pun langsung meraih HPku yang selama ini hanya berjarak radius 5cm dari jangkauan tanganku, dan segera aku menghubungi nomor kontak person yang ada pada tautan itu dan tergabunglah aku di pasukan power ranger, eh, di Kelas Inspirasi Magetan.

Esok harinya, di sore yang cerah, the first, ada acara KOPDAR, apaan sih kopdar?? Jujur sih aku juga kagak ngerti waktu itu *wkwkwk* namun setelah aku tanya sana tanya sini, menurut kitab Tatang Suparman *hya sopo neh iki* KOPDAR itu Kopi Darat alias “ketemuan”. Nah, selama ini aku kontak dengan para dedemit, eh maaf, maksudku anggota Kelas Inspirasi Magetan lewat grup di WhatsApp, dan semenjak saat itu, HPku seperti HP seorang jendral manager yang terus berdering. Kembali ke topik KOPDAR,, acaranya ini berlangsung di sebuah warung tidak remang-remang, bahkan sangat terbuka, yaitu…..di kedai es krim. Sambil nyruput es krim dan nyemil kentang goreng, berkenalanlah aku dengan para anggota lainya. Saat itu ada mbak Selpi, pak Sagung, dek Heri, mas Andian, dan tiga orang teman SMAku, yaitu Wahyu, Ama, dan Wida. Pertemuan pertama itu semakin menjelaskanku tentang KI Magetan ini, dan seperti hembusan angin segar yang aku pikir “Ini dia kegiatan yang bakal asik!! Pastinya bakal nemuin banyak hal keren klo ikut ini :D ” 

Misi pertama dari gerakan ini adalah open recruitment panitia, relawan pengajar dan relawan fotografer, tentunya misi ini dibarengi sosialisasi tentang KI ini sendiri. Sepik sana-sepik sini sampai pada akhirya bisa mengudara lewat beberapa radio lokal di Magetan. Meskipun panitia yang aktif bisa dihitung jari, namun aku bener-bener gak nyangka bisa ada ide seperti ini, mereka sangat luaarr bisaa!!! Dari misi mengudara di radio ini, tampaknya belum membuahkan hasil yang memuaskan, malah kedua teman SMAku yang sebelumnya gabung, karena adanya kesibukan lain yang mungkin lebih penting, akhirnya menghilang *hiks.
Talkshow di Radio Magetan Indah 
(Foto: Dokumentasi KI Magetan)
Misi kedua adalah mengurus perijinan ke dinas-dinas terkait untuk mengadakan acara ini. Kemudian survey sekolah yang akan di gunakan, dan meminangnya. Aku salut banget dengan pak Sagung, Heri, dan mas Andian yang sudah menemukan SD terpencil bin mblusuk and plosok. Ketika meminang sekolah, aku ikutan dalam tugas ini, subhanallah…gak nyangka ada SD yang jauuuhhh di pedalaman, bahkan melewati jalannya ninja hatori!!!*mendaki gunung lewati lembah~~ Mungkin siswa sekolah itu memang para shinobi hatori *hehehe. Pada akhirnya 5 SD di Magetan berhasil dipinang, antara lain SDN Sambirobyong, SDN Sukowidi 2, SDN Dadi 4, SD Sarangan 3, dan SDN Sendang Agung 2.
(Foto: Shelvya F

(Foto: Shelvya F)
Ditutup dengan misi sosialisasi hunting relawan pengajar dan relawan fotografer. Para pejuang KI Magetan mempersiapkan diri untuk berkreasi membuat poster dan pamphlet. Masih sangat terekam di memori ingatanku, saat itu bulan suci Ramadhan, kebetulan setiap Ramadhan alun-alun Magetan diramaikan oleh PUJASERA, banyak penduduk pribumi berduyun-duyun turun dari gunung meuju alun-alun untuk hunting santapan buka puasa. Momen ini pun merupakan kesempatan emas untuk bersosialisasi. Segala bentuk kerempongan di persiapkan. Selama dua hari para pejuang KI pun melaksakan misi densus keliling alun-alun dan sepik-sepik orang disana agar berminat mendaftar menjadi relawan KI Magetan.
(Foto: Dokumentasi KI Magetan)

Meskipun setiap harinya aku dan panitia yang lain bertemu di medsos, pada akhirnya terjalinlah hubungan yang lebih intim lagi, eh maksudnya lebih dekat lagi seperti saudara. Seakan-akan sudah kenal lama, walau tak pernah ketemu pun pada akhirnya kita semua heboh dalam canda dan tawa. Menyisihkan waktu untuk misi besar ini tidaklah mudah, bahkan ada yang mengorbankan waktu pulang kerja langsung ikutan dalam rentetan agenda, dan tentunya semua relakan tenaga dan pikiran untuk terwujud sukses acara ini. Kalau boleh jujur sih, dulu pas awal-awal aku bener-bener semangat ikut dalam agenda KI, eh tapi lama-lama aku juga hampir menghilang *hehehehe, tapi setelah melihat teman-teman yang semangatnya luar biasa pada acara ini, ya akhirnya aku mucul kepermukaan kembali, hehehe maaf banget ya teman-teman gak banyak membantu.

Hari yang dinantikan pun segera tiba, pada akhirnya semua misi selesai, dan tepatnya tanggal 20 di bulan September ceria, semua panitia lokal yang akhirnya bergati nama menjadi Fasilitator, para relawan pengajar dan relawan fotografer dipertemukan di sebuah tempat penuh dengan ilmu *hayo apa????Yups, di Perpustakaan Daerah Magetan!!! Acara pun dimulai dari pagi jam 09-12 siang. Hari itu juga hari pertama kalinya aku dan para fasilitator memakai seragam KI Magetan dengan warna kas jeruk mandarin, dan dengan sekejab Perpusda diramaikan oleh pasukan orange *hehehe. Saling mengenal antara semua volunteer menghasilkan reaksi kimia yang belum pernah ditemukan namanya, yang reaksinya ampuh banget buat para jiwa kesepian, nambah teman, nambah saudara ^^
Briefing Relawan Kelas Inspirasi Magetan
(Foto: Dokumentasi KI Magetan)
(Foto: Dokumentasi KI Magetan)
29 September 2014, sungguh suatu hari yang bersejarah untukku dan untuk para relawan semakin dekat menuju pucuk daun teh alias semakin dekat untuk melaksanakan misi besar yang sudah lama digodog agar menjadi teh yang sedap *hehehe. Sejak pagi aku sudah segera sibuk mempersiapkan diri menuju SDN Dadi 4 yang lokasinya di Plaosan. SD ini seperti School Sky Land, layaknya sekolah di atas awan karena menuju ke sana harus berpetualang seperti ninja hatori!!! Sudut kemirigan jalannya ada sekitar 75-80 derajat, menanjak berkelok dan harus berdoa agar motor ini kuat sampai puncaknya!!! Namun setelah sampai di SD itu, mata akan terasa sejuk melihat indahnya pemandangan disana,,,subhanallah banget!!!Dikelilingi anak gunung Lawu, bahkan puncak Argo Dumilah terlihat sangat dekat!!!Suasana perkebunan sayur dan hamparan sawah yang terlihat dari sekolah itu begitu menyejukkan pikiran. Kalaupun aku dulu sekolah di SD ini pasti bakal semangat sekali untuk belajar.  

Bersama dengan para gembel, eh sori bukan, maksudnya para ROMBEL (Rombongan Belajar), yaitu para fasilitator, pak Sagung, Wahyu, Ajeng dan aku, para inspirator yaitu relawan pengajar, mbak Eka yang bekerja di dinas KOMINFO, mbak Titis yang bekerja sebagai dosen bahasa inggris, dan mbak Neser seorang peneliti, serta relawan fotografer yaitu Claudia sabun mandi *eehhh, tapi memang namanya itu, hehehe piss dek Claudia :D * yang masih berstatus sebagai mahasiswa UNS. Kami semua berada dalam satu aksi SEHARI BERCERITA SELAMANYA MENGINSPIRASI!!!

Kegiatan ini dimulai dari upacara bendera, karena bertepatan pada hari Senin. Kami semua berkumpul di depan Perpusda Magetan, dan berkumpulah satu-persatu tim Rombel Dadi 4. Namun salah satu anggota fasilitator, yaitu Ajeng tak kunjung terlihat batang hidungnya, dihubungipun tak ada respon, akhirnya yang ada pun sepakat untuk berangkat terlebih dahulu. Aku cukup cemas mengingat tim fasil hanya 4 orang, jika Ajeng tidak datang pastilah terasa kurang sekali. Akhirnya aku dan Wahyu menanti Ajeng di jalan masuk menuju SD itu, dan setelah menunggu dan berdoa, Ajeng pun muncul, legaa rasanya... Kami bertiga segera menyusul yang lainnya. Mengingat jalan menuju SD sangatlah ekstream, karena takut,  mbak Eka rela turun dari motor dan berjalan mendaki gunung lewati lembah menuju SD tersebut, LUARR BIASAA!!!! Upacara pun dimulai, mbak Eka didaulat menjadi Pembina upacara. Meskipun upacaranya sedikit ada kesalahan teknis, namun well semua bisa diatasi. 
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4)
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4)
Tibalah para inspirator yaitu para relawan pengajar mengajar ke kelas, dan mengajak para siswa untuk belajar dan bermain. Mengingat minimnya relawan pengajar, akhirnya ditentukan agar kelas digabung dan menjadi 3 kelas. Kelas 1 dan 2 dalam satu kelas, 3 dan empat juga dalam satu kelas, sisanya kelas 5 dan 6. Selain membantu mbak Eka, aku disini berperan untuk memantu managemen perpindahan jam pelajaran, jadi “Tukang Bell”. Kebetulan bel di SDN Dadi 4 masih sangat antik yaitu logam besi yang masih harus dipukul dengan tongkat besi, dan dengan semangat selalu aku pukul dengan sangat kencang, agar bunyinya menggelegar bisa di dengar seluruh dunia, hehehe, maklumlah pertama kalinya juga jadi tukang bel.
Mbak Neser
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4
Mbak Eka
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4) 
Mbak Titis
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4) 
Tampak sekali antusiasme siswa di SDN Dadi 4, semua memperhatikan apa yang diceritakan dan diajarkan para inspirator. Siswa-siswa diajak untuk mengenal berbagai profesi yang mungkin masih sangat asing bagi mereka. Saking semangatnya nih, deadlie mengajar yang dibuat hanya 35 menit, ternyata sangat terasa kurang, akhirnya sebagai tukang bel, akupun memberi tambahan waktu 10 menit. Sebagai fasilitator tukang bel, setiap 5 menit sebelum pergantian jam, aku harus lari ke sana-sini untuk memberitahukan kepada relawan pengajar yang lagi asyik berceloteh, bahkan sering aku bingung mau ngasih tau, karena mereka masih fokus dengan para siswa.

Semua ragkaian acara mengajar pun selesai, the last, kegiatan terakhir sebagai closing adalah menulis cita-cita kemudian menempelkannya pada balon, lalu diterbangkan ke angkasa raya. Tampak semua siswa begitu bersemangat menulis impian mereka. Jumlah balon yang hanya 30 buah, mungkin tidak akan cukup untuk setiap siswa, untuk itu akhirnya satu balon untuk ditempeli tiga kertas impian siswa. Setelah semua siap, akhirnya balon impian dilepas ke angkasa. Suasana haru dan senang, semuah bersorak sorai sambil berdoa agar impian yang tertulis di balon itu akan terwujud. Siswa dan guru serta semua relawan KI tampak tak lepas memandang balon-balon yang telah sampai ke angkasa.
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4) 

Setelah semua acara selesai, terakhir adalah acara yang paling spektakuler, “foto-foto”. Enggak hanya tim relawan aja nih yang narsis, tapi wow!!semua siswa SDN Dadi 4 ini seneng banget difoto!! Semua foto yang ada nanti aka menjadi kenangan yang sangat tak terlupakan, bagi aku, tim KI Magetan dan warga sekolah ini, tentunya menjadi hal yang terkenang oleh siswa-siswanya karena tak semua siswa megalami hal ini di sekolahnya, sungguh beruntung mereka bisa mendapat tambahan ilmu dan inspirasi.
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4

Setelah puas berfoto-foto, aku dan tim yang lain masuk ke kandang, maksudku ke base camp yang sudah disiapkan pihak sekolah. Sungguh gak nyangka klo kami bakal dapat jamuan yang luar biasa!!!Makanannya tak lain dan tak bukan adalah hasil panen khas desa di Magetan, ada mbothe (talas), ada jagung rebus, lemper, lumpia, nasi lengkap dengan lauk pauknya dan segelas teh pucuk, eh teh apa ya???pokoknya teh *mentang-mentang judul tulisan ini ada tehnya. Kebetulan 29 September bertepatan dengan ulang tahun mbak Eka. Skenario jahat pun tercipta untuknya, dan sukseslah membuatnya menangis *hehehehe.
(Foto: Dokumentasi KI Magetan - SDN Dadi 4
Serangkaian misi besar telah terlaksana, dan akhir kata, aku dan yang lain berpamitan pulang. Rasanya sedikit terharu dihati ketika masih banyak siswa yang menungguin kami, apalagi ketika bersalaman pulang mereka masih ingat namaku *hiks. Kamipun turun dari School Sky Land dan segera meluncur untuk acara refleksi disebuah cafe Magetan. Sampai di sana yang terlihat wajah sumringah meskipun dengan wajah yang kumut-kumut karena lelah. Masih ada rencana besar untuk mbak Eka dari tim fasil KI Magetan, dua buah rainbow cake ukuran sedang dengan sebuah lilin di atasnya ikut memeriahkan suasana. Canda dan tawa bergemuruh di dalam ruang cafĂ© itu. 

Sungguh akupun sangat bersyukur bisa tergabung di gerakan Kelas Inspirasi Magetan. Banyak hal luar biasa yang tak hanya aku yang merasakan, tetapi semuanya. Tanpa dibayar, namun aku sangat merasa ini pun tak akan sebanding dengan jumlah uang, kepuasan yang lebih mahal dari keberhasilan proyek trilyunan rupiah dan hanya orang-orang terpilih saja yang mampu melaksanakan misi ini. Satu-persatu dari kami berpamitan pulang, meskipun ingin rasanya tetap berkumpul, namun kita semua harus kembali pada rutinitas kehidupan. Akupun berpamitan pulang, dan saat berpamitan denga mbak Eka, dia memberiku semangat dan wejangan-wejangan yang menginspirasiku *terimakasih mbak Eka. I love u Kelas Inspirasi Magetan, dan terimakasih untuk semuanya yang bekerja keras di dalam gerakan ini, sehingga semua berjalan sukses. SALAM WOSSSSS SALAM INSPIRASI!!!



Nana Wijayanti 
Relawan Fasilitator Kelas Inspirasi Magetan
SDN Dadi 4 Kec. Plaosan Kab. Magetan
Previous
Next Post »

Kelas Inspirasi

Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Semua orang dapat turut ambil bagian dalam gerakan ini.

Lakukan aksi nyata.

Sekarang.

(Indonesia Mengajar)