Embun Tak Pernah Pergi

Pagi masih terlalu gelap untuk di tembus, udara dingin bercampur kabut mengantarku memenuhi sebuah janji. Senin 30 Maret 2015 hari dimana impian anak-anak negeri di bangunkan kembali, lewat sentuhan hati orang-orang yang memiliki cita rasa seni tinggi. Seni berbagi tanpa pamrih yang tak bisa diukur dengan lembaran rupiah. Kelas Inspirasi adalah jawaban dari pertanyaan itu. Puji syukur saya ucapkan karena masih diijinkan menjadi bagian keluarga tersebut. KI Magetan #2 tahun ini sepertinya sangat luar biasa karena para relawan lebih gado-gado daripada tahun kemarin. Tahun ini dengan berbagai macam profesi yang barangkali baru saya jumpai, melebur menyebar ke 18 penjuru arah di bumi Mageti menebar badai inspirasi. Salam Wooosh buat rekan-rekan yang luar biasa. Tahun ini dengan rombongan baru saya bergabung, ada Mbak Laksmi dari Bandung seorang IT Consultant, Pak Heru S.N dari Magetan sebagai Kasubag di Bappeda, Mbak Nabila, Mbak April, Mas Novi sebagai fasil kami serta ada Mas Andi dan Kak Slam sebagai perekam jejak.

Relawan rombel SDN Plangkrongan 3

SDN Plangkrongan 3 menjadi tempat persinggahan rombongan kami. Sebuah daerah yang barangkali jika di cari dengan Google Map tidak akan muncul. Jalan berliku menanjak menurun mengantar rombel menuju tempat inspirasi, suasana khas kehidupan desa kental terasa dengan sebagian besar mata pencaharian penduduk bercocok tanam dan beternak. Jalanan masih sepi karena kami mengejar waktu untuk dapat mengikuti kegiatan khas sekolah yaitu upacara bendera hari Senin. Tepat pukul 07.00 upacara dimulai, bayangan memutar kenangan 23 tahun lalu, saat kami berada di barisan mereka berpakaian putih merah pudar, dasi dan topi lusuh, sepatu dan kaos kaki longgar. Kenangan yang barangkali membuat kita tersenyum sekaligus bersyukur, bahwa jerih payah itu berubah dengan sedikit keberhasilan yang akan kita tularkan pada mereka. Sesi perkenalan dan permainan adalah sesuatu yang benar-benar harus memutus urat malu kami, bayangkan kami harus menjadi instruktur berjoget ala pinguin. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan dan rasanya lebih mengerikan daripada menginjak matras tapi show must go on, lupakan itu mari kita bergembira tenggelam dalam keceriaan polos mereka kakak.

Padamu negeri kami berjanji

Perang besar di mulai, dengan membagi 2 kelompok belajar kami segera menuju kelas. Jam pertama saya kebagian di kelompok A ( kelas 1, 2, 3). Rasa grogi masih selalu ada walaupun kegiatan ini sudah sering saya lakukan, namun sekarang dunianya berbeda. Bismilah tombo teko loro lungo, seiring sapaan yang terlontar di sambut jawaban hangat bersemangat, demam panggung seakan lenyap. Perkenalan singkat di lanjutkan sedikit tanya jawab mengawali proses pengenalan profesi. Banyak di antara mereka sedikit sudah tahu apa profesi saya sebagai perawat, namun mereka belum mengerti bahwa tugas perawat bernacam macam. Saya mengenalkan kepada mereka sebagai perawat kamar operasi, dalam sesi ini tidak lupa menyelipkan hal apa saja yang harus dilakukan untuk meraih cita cita mereka. Puji syukur ternyata mereka mampu menemukan usaha tersebut, salut buat kalian kawan kecilku.

Jalan sederhana namun penuh makna

KI kali ini persiapan lebih matang dan terencana, dengan menyiapkan satu set baju operasi serta beberapa peralatannya. Jawaban pertama melihat alat tersebut adalah ngeri sekaligus heran karena sekarang mereka melihat secara nyata tidak seperti di televisi, untuk lebih mengenalkan lebih dekat tugas perawat bedah saya mengajak mereka bermain peran layaknya di dalam kamar operasi. Empat orang anak berhasil di dapat lewat permainan Wo Dowo tentunya dengan sedikit variasi. Satu anak berperan sebagai pasien, satu anak sebagai dokter, satu anak sebagai perawat asisten, satu sebagai perawat instrument. Malu dan tertawa reaksi pertama mereka, dengan saya sebagai sutradara mengendalikan jalan cerita. Pengenalan profesi berjalan lebih mudah karena dengan alat peraga anak lebih memahami di bandingkan hanya menerangkan, selain itu usia-usia ini masih sulit di ajak berpikir abstrak. Sesi bermain peran saya lakukan sekitar 10 menit di lanjut dengan pengenalan cita-cita. Sesi ini saya pergunakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian mengutarakan ide. Di sini saya menemukan sesuatu yang di luar dugaan, cita cita mereka beberapa ada yang di luar kelaziman, salah satu anak bernama Ryan dengan lantang ingin menjadi penjual sapi. Luar biasa nak semoga suatu saat engkau bisa membawa nama baik negeri ini dengan sapi sapimu.

Peragaan situasi kamar operasi oleh Kelas 1-3

Sesi ke 2 mengisi Kelompok B ( kelas 4-5 ). Di kelompok ini tidak terlalu menemui banyak hambatan, mungkin usia yang sedikit lebih matang di banding kelas 1-3 membuat mereka mudah di arahkan. Sama di tiap sesi selalu dengan sapaan hangat, perkenalan nama dengan permainan “Mas Anggaku” , caranya seperti apa bolehlah bertanya pada saya heheee. Proses belajar sama seperti yang saya gunakan untuk Kelompok A yaitu bermain peran, namun untuk sesi penyampaian cita cita saya ganti dengan suatu permainan Keyakinan. Sebuah permainan yang mampu membuat tidak mungkin menjadi mungkin. Permainan apa ini, barangkali yang pernah satu rombel tahu, tapi bagi yang belum tahu silahkan belajar bareng saya tidak di pungut biaya. 


Peragaan situasi kamar operasi oleh Kelas 4-5

Pagi berganti siang acara puncak yaitu penulisan cita-cita segera dilaksanakan. Untuk kali ini rasanya juga luar biasa, di awali dengan penulisan pohon cita kemudian penanaman pohon cita cita serta penerbangan balon cita cita. Suatu perwujudan tekad tunas bangsa ini memajukan negeri ini dengan cara mereka masing masing. Saya merasa ini efek samping dari virus Kelas Inspirasi yang luar biasa, sehingga rasa lelah di ganti dengan semangat yang terus menyala. Tidak ingin rasanya berpisah dengan keluarga baru kami, namun apa daya waktu tidak mengijinkan. Setengah hari rasanya tidaklah cukup namun kami berjanji jika suatu saat diijinkan pasti kembali untuk menginspirasi lagi.

Pohon ini sebagai saksi abadi doa kami

Orang lain pasti banyak berpikir mengapa kita semua mau susah untuk ini, sudah makan tenaga, waktu, biaya namun tidak ada imbalan. Ada juga orang yang berpikir bahwa kita hanya mencari sensasi belaka, namun apapun alasan itu kita tetap melangkah. Banyak orang mengatakan, “Kok iso yo“, jawabannya simpel saja karena kita orang: “Sederhana Bahagia dengan Banyak Cinta“. Kita semua melakukan dengan hati, digerakkan dengan jiwa, diwujudkan dalam perbuatan demi kemajuan tanah kelahiran dan kepulangan kita nanti. Kita semua ibarat embun pagi. Embun tak pernah pergi meski dia selalu hilang karena cahaya, namun dia akan selalu hadir kembali untuk mengindahkan cahaya tersebut. Semoga kita semua selalu ada untuk mereka tunas penerus generasi bangsa. Sebuah langgam Jawa Ibu Pertiwi saya persembahkan untuk keluarga Kelas Inspirasi untuk mengingatkan pengabdian kepada negeri, tetap semangat, tetap jadi orang keren dan salam WOSSHHHH.........!


Ibu pertiwi
Paring boga lan sandang
Kang murakabi
Peparing rejeki
Manungsa kang bekti
Ibu pertiwi
Ibu pertiwi
Kang adil luhuring budi
Ayo sungkem mring
Ibu pertiwi



Tulisan :
  Galuh Angga Setyawan
  Relawan Pengajar Kelas Inspirasi Magetan #2

  Rombel 3: SDN Plangkrongan 3, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan
Previous
Next Post »

Kelas Inspirasi

Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Semua orang dapat turut ambil bagian dalam gerakan ini.

Lakukan aksi nyata.

Sekarang.

(Indonesia Mengajar)