“Traveling Plus-Plus” ala Kelas Inspirasi

“Aku sengaja memilih menggunakan kereta ekonomi siang kala itu. Bukan karena aku tidak merelakan mengeluarkan sedikit uang lebih untuk membeli tiket kereta yang lebih “layak”, tetapi aku benar-benar ingin menikmati perjalanan ini dalam waktu yang lebih lama. Aku ingin keluar dari zona nyamanku, aku ingin pergi jauh, bertemu dengan orang-orang baru, mencoba hal-hal berbeda. Aku pecinta traveling, aku suka menjelajah. Tapi perkenalan pertama aku dengan Kelas Inspirasi memberikan lebih banyak dari yang pernah aku bayangkan. Perjalanan pertama itu membuatku pergi ke masa lalu, ketika aku masih aktif pergi ke pelosok-pelosok desa di Jawa Timur, dengan kamera butut dan bekal seadanya, bertemu dengan penduduk-penduduk asli yang bersahaja. Menjalani ini rasanya seperti deja-vu, mengingatkan aku bahwa ketika kita memberi sesuatu, justru kita akan mendapatkan yang lebih banyak. Tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga hati kita. Berbekal niat sosial separuh plesiran pada awalnya, tiba-tiba aku menemukan suatu yang addictive, sesuatu yang membawaku ingin terus mencobanya, penasaran, dan nggak pernah puas.”



Aku selalu bersemangat ketika menceritakan pengalaman pertama aku ketika ikut Kelas Inspirasi di akhir tahun 2014. Waktu itu aku memilih Pulau Bawean sebagai tujuannya. Alasannya sederhana: konon tempatnya indah. Aku ingin jalan-jalan. Melihat pemandangan, sambil menyelam di laut Bawean yang terkenal masih “perawan”. Tapi, sesampainya disana aku mendapatkan suatu yang lebih, dan aku menyematkan satu istilah baru untuk ini. Traveling plus-plus. Kenapa plus-plus? Karena kamu mendapatkan pengalaman yang lebih dibandingkan jalan-jalan biasanya. Kelas Inspirasi memberikan “gerbang” buatku, untuk mendapatkan kesan yang lebih dari sekedar: kamu pergi ke tempat baru, foto-foto, and...just it. What do you get? Oke, kamu punya foto untuk diupload ke Facebook atau Path. Membuat iri teman-temanmu. Oke, sedikit banyak kamu memajukan pariwisata di tempat tersebut. Apa yang kamu bawa dari sana pasti punya nilai positif, tapi apa salahnya kamu memberikan nilai plus dari hanya sekedar jalan-jalan?  

Inilah yang kemudian membuatku terdorong untuk mengikuti Kelas Inspirasi untuk kedua kalinya. Pilihanku jatuh pada Kelas Inspirasi Magetan. Pertimbangannya sederhana: aku belum pernah kesana, disana ada Gunung Lawu, dan bisa dicapai dengan kereta. Sebelum pergi aku mengajak dua orang temanku untuk ikut serta. Laksmi, teman yang juga aku ajak ke Kelas Inspirasi Pulau Bawean, dan Ariyani, teman yang aktif dalam kegiatan sosial dan sangat bersemangat ketika kuajak ikut Kelas Inspirasi Magetan. Seperti biasa, aku berangkat hari Jum'at malam hari itu dengan kereta.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Aku selalu suka perjalanan dengan kereta. Sesampainya disana aku ikut briefing. Kesan pertama sesampainya disana, aku bertemu beberapa rekan yang juga mengikuti Kelas Inspirasi Magetan. Ada Mas Ari, si chef dari Tasikmalaya (ternyata kami satu kereta), Pak Ich yang merupakan pegawai BUMN, Retno dan Hesti yang aktif di bidang broadcasting. Ini yang aku suka dari Kelas Inspirasi, kita bisa bertemu dengan orang-orang yang berbeda latar belakang asal dan kerjanya, sehingga ketika kita mengobrol dengan mereka, kita juga bisa menambah wawasan. Kebetulan Pak Ich, Retno, dan Hesti tinggal disekitaran Magetan (Madiun dan Ponorogo), sehingga menyenangkan juga mendengar cerita-cerita mereka tentang daerah-daerah disini. Pak Ich ternyata juga traveler, lho! Wah, seru banget bisa dengar cerita-ceritanya tentang daerah-daerah indah di Indonesia, terutama dengan kegemarannya yaitu caving.

Foto: Dokumentasi Pribadi


Kemudian aku bertemu dengan tim rombongan belajar aku. Ada 4 orang fasilitator: Budi Ayu, Nisa, Fita, dan Redika, relawan pengajarnya ada Bu Tina yang merupakan dosen kebidanan (sempet sharing banyak banget soal persalinan, jarang-jarang kan ketemu expert-nya langsung) dan Pak Siran yang merupakan kepala Dinas Pariwisata (sayang nggak bisa ngobrol banyak, tapi asli orangnya humble banget), dan satu orang relawan fotografer bernama Mas Munif. Fasilitatornya masih muda-muda dan bersemangat. Aku kagum dengan semangat mereka. Mas Munif yang nampak pendiam tetapi ternyata menyimpan excitement diam-diam. Hasil fotonya pun keren-keren. Aku suka sekali tim rombel kami. Sangat solid sehingga aku pun banyak terbantu untuk persiapan.

Hari-H pun tiba. Pagi-pagi sekali, kami menuju SDN Sidomulyo 3 yang terletak di kaki Gunung Lawu. Perjalanan kami cukup jauh dari alun alun kota Magetan. Aku hitung-hitung dengan parameter di kamera pocket-ku, sekolah ini letaknya cukup tinggi, hampir sekitar 800mdpl!  Pemandangannya pun indah sekali. Kami melewati hutan bambu dan melihat penduduk sekitar beraktivitas di pagi hari. Beberapa aku lihat membawa bakul-bakul yang berisi bunga mawar berwarna merah. Setelah 45 menit perjalanan kami pun tiba di SDN Sidomulyo 3. Kami langsung disambut oleh Kepala Sekolah disana dan bersiap-siap untuk mengikuti upacara.
Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Sidomulyo 3 (FG: Munif Rifa'i)


Satu sekolah berjumlah sekitar 70an siswa. Hari itu kelas 6 sedang tidak masuk karena harus mengikuti tryout, sehingga tersisa 59 siswa yang duduk di kelas 1 sampai 5. Untuk itu kami membagi kelas menjadi dua, gabungan kelas 1, 2, dan 3, dan kelas 4 dan 5. Kelas pertama yang aku masuki adalah kelas 4 dan 5. Untuk menghadapi ini aku sudah mempersiapkan beberapa alat peraga. Berkaca dari pengalaman di Pulau Bawean, aku melihat bahwa anak-anak senang permainan dan senang mendengar cerita. Menyadari bahwa pekerjaanku sebagai IT (Change Management) Consultant itu super abstrak, aku perlu alat bantu yang bisa menerangkan pekerjaanku secara sederhana. Oleh karena itu di kelas aku membawa alat peraga berupa wayang-wayangan. Wayang-wayangan ini aku gunakan untuk menceritakan dua tokoh : konsultan dan user (pekerja kantoran).

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Sidomulyo 3 (FG: Munif Rifa'i)



Aku juga menggunakan istilah yang sederhana. Istilah IT Consultant aku ganti menjadi Konsultan Komputer. Files aku ganti menjadi surat. Aku juga membawa puzzle huruf untuk permainan menebak fungsi komputer. Selain itu aku juga membawa tablet untuk menunjukkan lokasi kerja dan aktivitasku sehari-hari. Tak lupa aku juga membawa beberapa hadiah kecil untuk kuis. And… it works! Anak-anak suka ceritaku dan mereka bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan dengan baik. Mereka cukup aktif dan “terkendali”. Kelas pun kami tutup dengan bernyanyi bersama. Selanjutnya aku masuk ke kelas 1, 2, dan 3. Diawal cukup terkendali, namun ketika mereka tahu ada balon diluar kelas untuk acara “menerbangkan mimpi” dan hadiah untuk mereka yang berani maju, kelas berubah menjadi chaos! Hwah! Bener-bener tantangan besar untuk mengajar anak-anak kelas dasar, nih. Terus terang aku kurang puas. Ini bakal jadi PR untuk Kelas Inspirasi selanjutnya nih, judulnya: bagaimana mengendalikan anak-anak kelas dasar awal! Hehe. Setelah melewati menit-menit yang menegangkan di akhir kelas, akhirnya kelas ditutup dengan bernyanyi bersama dan membuat mading yang bertuliskan mimpi mereka. Tetapi nampaknya, mereka sudah nggak sabar bermain balon. Setelah membuat mading mereka buru-buru berlari keluar kelas.

Kami menggunakan media balon sebagai acara penutupan. Sebenarnya enak nggak enak kalau pakai balon. Balon pasti bikin anak-anak excited, tetapi memang kurang ramah lingkungan. Semoga suatu saat ada penemu yang bisa bikin balon dari bahan yang ramah lingkungan, ya? Anak-anak kami kumpulkan di lapangan, kemudian diminta untuk menuliskan mimpi mereka di post-it kemudian ditempelkan di balon. Dalam hitungan ketiga, taraaa! Puluhan balon yang bertempelkan mimpi mereka terbang ke angkasa. Angin meniup mereka jauh, tinggi hingga ke puncak Gunung Lawu.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Sidomulyo 3 (FG: Munif Rifa'i)

Satu hari Kelas Inspirasi berakhir sudah. Banyak pengalaman yang aku dapatkan dari sini. Aku melihat pemandangan yang indah. Aku bertemu dengan guru yang memiliki dedikasi hebat dalam pendidikan. Aku bertemu teman-teman baru yang membagi cerita-cerita menyenangkan dalam perjalanan hidupnya. Aku bertemu siswa-siswa yang dengan polos dan keceriaannya berbagi tentang cita-cita mereka. Seaktif-aktifnya mereka, sesulit-sulitnya mereka diatur, mereka tetaplah anak-anak. Mereka senang bermain dan mereka mempunyai impian yang besar didepannya. Dalam hati aku berdoa, semoga Tuhan membantu mereka untuk terus sekolah setinggi-tingginya. Menggapai apa yang mereka inginkan, membanggakan orang tua mereka. Dan sedikit banyak, aku pun akan merasa bahagia dengan pencapaian yang akan mereka gapai kelak.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Sidomulyo 3 (FG: Munif Rifa'i)

Aku telah mengisi satu hari di dalam hidup mereka. Mungkin mereka akan tumbuh dewasa dan lupa siapa aku suatu hari nanti, tapi memori tentang hari ini akan tersimpan di dalam ketidaksadaran mereka selamanya.

Mereka telah mengisi satu hari di dalam hidupku. Suatu saat aku akan menua, tapi aku tidak akan pernah melupakan hari ini selamanya.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Sidomulyo 3 (FG: Munif Rifa'i)

Terimakasih Magetan. Traveling plus-plus kali ini sangat menyenangkan.



Tulisan :
  Putu Lestari Wedayanti
  Relawan Pengajar Kelas Inspirasi Magetan #2
  Rombel 11: SDN Sidomulyo 3, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan

Previous
Next Post »

Kelas Inspirasi

Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Semua orang dapat turut ambil bagian dalam gerakan ini.

Lakukan aksi nyata.

Sekarang.

(Indonesia Mengajar)