Kisahmu Menginspirasiku

Semangat itu masih ada hingga saat ini, getaran di hati begitu besar seakan ingin keluar meluapkan kegembiraan yang terpendam. Ingin saya porak porandakan, saya tularkan virus inspirasi ke SDN Tegalarum 1, sebuah sekolah dasar yang berada di Kecamatan Bendo, perbatasan Kabupaten Magetan dan Madiun. Di SDN inilah Kelas Inspirasi Magetan 2, Rombel 10 melaksanakan tugas mulia untuk berbagi pengalaman, berbagi ilmu, berbagi inspirasi kepada anak – anak sekolah tersebut, selama satu hari sekolah mereka tidak berkutat dengan pelajaran, tetapi menerima pelajaran hidup dari relawan pengajar.

Pengalaman dan petualangan seru dimulai dari saat survey lokasi, dimana saat itu saya dan rombongan melewati jalan yang berliku, jalan beraspal sampai dengan jalan di tengah sawah yang hanya tanah lempung dan batu tajam. Alamak!!! Apakah sedemikian terpencil nya SDN Tegalarum 1 untuk dijangkau?

Ternyata pandangan tersebut salah!!! Jalan yang kami lalui merupakan salah satu alternatif untuk menuju kesana, masih ada jalan beraspal yang lebih baik walaupun di kanan kiri tetap melewati areal persawahan karena memang kawasan tersebut sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)

Survey kami manfaatkan untuk melihat lokasi dan kami tidak beruntung untuk dapat melihat aktivitas belajar mengajar sekolah dikarenakan kunjungan kami sudah sore saat hujan deras menyambut kami. Sambil berteduh, rombel menyiapkan sarana dan materi saat hari pelaksanaan Kelas Inspirasi, penyiapan pohon cita-cita.


Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Khrisna A)

Gambar. Jalan menuju SDN Tegalarum 1, Bendo
Yeah... hari yang ditunggu pun tiba, Senin 30 Maret 2015, selang enam bulan dari penyelenggaraan Kelas Inspirasi Magetan 1, tibalah hari untuk menginspirasi dan terinspirasi. Sudah terbayang kegembiraan dan pengalaman baru yang akan didapat dari Kelas Inspirasi Magetan 2. Oh ya, pada Kelas Inspirasi Magetan 2 ini saya tidak lagi membawakan pengalaman sama seperti Kelas Inspirasi Magetan 1, sudah berganti tempat bekerja, dahulu di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika sekarang Dinas PU Pengairan, tidak bisa menjadi alasan untuk tidak dapat memberikan pengalaman dan inspirasi kepada anak–anak Indonesia. Berbekal sebuah permainan dan gambar peraga saatnya maju ke medan laga. Saya perkenalkan anggota rombel 10, relawan pengajar ada 2 orang yaitu Bu Nur (Dosen Akbid) dan Khrisna (saya), relawan fotografer Mbak Alfi (Mahasiswa S2 Arsitek), fasilitator Mas Fredy , Mbak Reny Indrarti , Mbak Dhila dan Mbak Renny Widya.

17 tahun yang lalu, seorang anak bernama Khrisna Aprianto menjadi pemimpin upacara hari Senin, kini pengalaman tersebut terulang kembali. Menjadi pemimpin upacara ditengah anak – anak Indonesia yang bersekolah di SDN Tegalarum 1. Disaat itu pula, upacara hari Senin pertama kali dilakukan dibawah kepemimpinan Kepala Sekolah Bapak Kasmadi, menurut cerita beliau upacara sudah lama tidak dilaksanakan. Siapa yang tidak bersedih mendengar cerita tersebut? Disaat sekolah lain, upacara bendera menjadi sebuah rutinitas tiap hari Senin.
Upacara pun berjalan dengan cukup lancar, walau disana sini masih ada kekurangan, maklum selain pemimpin upacara dan dirijen lagu, petugas upacara  merupakan anak–anak yang ditunjuk secara mendadak oleh guru mereka. Grogi, gugup, gemetar tentu dirasakan oleh anak–anak tersebut. Dalam amanat oleh pembina upacara, sebuah kalimat dilontarkan untuk anak–anak, sebuah sanjungan dan pujian kepada mereka yang telah menjadi kehormatan ditunjuk sebagai petugas upacara, sebuah kesalahan jangan menghalangi mereka karena kewajiban bagi mereka adalah terus belajar. Sebuah inspirasi untuk saya dan rombongan kami. Anak–anak SDN Tegalarum 1 banyak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan ada seorang anak difabel (lumpuh).

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)

Selesai upacara bendera dan ice breaking outdoor oleh fasilitator, saatnya anak-anak masuk kelas untuk berbagi pengalaman dan inspirasi dengan relawan pengajar. Seperti Kelas Inspirasi sebelumnya, saya sudah menyusun lesson plan. Tetapi kali ini diluar dugaan, lesson plan kurang berjalan sempurna, kecuali ice breaking (berupa nyanyian dan gerakan sederhana). Walau satu kelas berisi tidak sampai 20 orang anak, tetapi hanya baris pertama dan kedua yang sungguh–sungguh memperhatikan dan menyimak apa yang saya sampaikan, selebihnya mereka anak yang sangat aktif (semoga saya salah), sibuk dengan diri dan temannya, budaya bullying sangat kental terasa, tidak hanya berupa kata–kata tetapi tendangan dan pukulan serasa akrab bagi mereka, bukan hanya anak laki–laki, tetapi anak perempuan juga melakukan hal tersebut. Seakan waktu berjalan dengan lambat, saya dan fasilitator yang mendampingi, sibuk dengan anak–anak hiperaktif (semoga saya salah) tersebut, semoga Allah menjadikan anak–anak tersebut menjadi anak yang baik dan hebat dikemudian hari. Amin.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)

Sesi kedua tidak berbeda dengan sesi pertama, dimana suasana sedikit chaos, saat saya ingin tahu apa cita–cita mereka satu persatu, sebuah jawaban yang sama sekali diluar akal sehat, saat seorang anak bercita–cita ingin menjadi begal, disaat teman – temannya memiliki cita–cita mulia, ingin menjadi guru, polisi, tentara, masinis, dan dokter. Begal, sebuah kata yang disaat sekarang ini menjadi sesuatu yang menakutkan.

“Kenapa kamu ingin menjadi seorang begal?” Lanjut saya kepadanya. Dijawab, “Pengin merebut sepeda motor”. 
 
Sebuah jawaban jujur walau menyakitkan yang seakan menonjok, men-TKO saya untuk yang kedua. Yup, tonjokan yang pertama saat mendengar informasi bahwa ada siswa dimana saat pelajaran berlangsung, disuruh orangtua pulang untuk membantu bekerja, membantu bercocok tanam di sawah atau “angon”  (menggembala) hewan ternak, itu yang terlintas dalam kepala saya. Bukan jawaban itu yang saya dengar, anak tersebut disuruh untuk ikut bekerja mencari uang dengan cara meminta – minta atau menjadi pengemis. Ya Allah, menitik air mata ini mendengarnya, bukan hanya di Jakarta atau kota – kota besar saja, tetapi disini di Magetan, kota yang saya cintai.

Pelajaran kedua yang saya dapat, untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah dan selalu ingat dan menundukkan kepala ke bawah, jangan hanya mendongak keatas. 

Semoga di sekolah lain tidak ditemukan anak Indonesia dengan kisah hidup seperti itu. 

Puncak acara yakni penulisan pohon cita–cita dan pelepasan balon berjalan dengan lancar, ada beberapa balon yang tidak bisa terbang, terpaksa dibawa pulang oleh anak–anak sebagai oleh–oleh mereka. Senang sekali, bahagia dapat berbagi dengan anak–anak di SDN Tegalarum 1 sekaligus sedih akan berpisah dengan mereka. Masih terngiang dan teringat pada mereka. Terlebih kepada si Dayu (anak difabel) yang terlupa sesaat tidak ikut dalam materi di kelas. Maafkan kakak dan teman kakak yang melupakanmu, sungguh kami tidak sengaja meninggalkanmu di kelas yang lain.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)

Terima kasih kepada Kelas Inspirasi Magetan, atas kesempatan menjadi relawan pengajar pada KI Magetan 2, tepuk tangan dan salam hangat terlebih untuk para fasilitator Rombel 10 yang membantu pelaksanaan Kelas Inspirasi di SDN Tegalarum 1. Salut buat kalian.

Terima kasih untuk anak–anak SDN Tegalarum 1, masih terngiang panggilan Pak, Mas, Kakak, bahkan Om Khrisna. Kalian semua memberikan inspirasi, pengalaman, dan pelajaran hidup.
Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)
Jujurlah walau kadang menyakitkan, selalu bersyukur atas nikmatNya, selalu ingat dan tolong menolong kepada sesama, jangan menyakiti antar manusia, itulah beberapa inspirasi yang saya dapat.

Kepada bapak dan ibu guru, sabar ya membimbing dan mendidik mereka dengan keterbatasan yang ada.

Hari itu saya benar-benar terinspirasi dengan mereka semua, banyak inspirasi yang saya dapat, terlebih dengan semangat mereka, dengan beratnya realita hidup yang mereka jalani dan mereka tanggung, tetapi mereka tetap semangat untuk bersekolah, meraih cita–cita yang ingin mereka capai nanti. Semoga Allah memudahkan langkah mereka dalam meraih cita–citanya dan memberikan kesabaran kepada bapak ibu guru SDN Tegalarum dalam mendidik anak–anak tersebut. Amin ya robbal alamin.

Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)
Foto: Dokumentasi KI Magetan #2 - SDN Tegalarum 1 (FG: Wa Ode Alfian)
 

SEMOGA TERINSPIRASI DAN MENJADI BAGIAN DARI KELAS INSPIRASI, sampai ketemu di Kelas Inspirasi berikutnya.



Tulisan :
  Khrisna Aprianto
  Relawan Pengajar Kelas Inspirasi Magetan #2
  Rombel 10: SDN Tegalarum 1, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan

Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
April 5, 2015 at 7:01 PM ×

Wah bagus ini, semoga anak2 bisa terinspirasi dan semangat lagi belajar..

Congrats bro Realita Fantasy you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar

Kelas Inspirasi

Berhenti mengeluh tidaklah cukup.

Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.

Semua orang dapat turut ambil bagian dalam gerakan ini.

Lakukan aksi nyata.

Sekarang.

(Indonesia Mengajar)