Well,
per Desember 2015 Saya tinggal di Magetan – Jawa Timur sebagai dokter
internship. Sebagai lulusan Ibukota, Saya merasa semacam jet lag saat pindah ke sini. Suasana kotanya yang tidak seramai di
Ibukota, dan kehidupan yang jauh dari keluarga.
Sampai akhirnya pada saat menunggu datangnya pasien di
Puskesmas, iseng buka salah satu sosial media milik Kelas Inspirasi Magetan dan
ternyata akan mengadakan RoadShow Kelas Inspirasi Magetan atau yang biasa
disingkat dengan RKIM. Iseng, selagi menunggu pasien datang Saya mengetik di
formulir pendafataran yang linknya sudah tersedia.
Setelah apply
form tersebut, Saya sih santai banget karena sudah pesimis nggak diterima dan
ternyata di saat pasien sedang ditensi oleh perawat, Saya menerima sms kalau
Saya diterima. Yeay, akhirnya!
Diawali dengan briefing
yang Saya malu banget mau hadir karena sudah lama sekali nggak gabung dalam
sebuah komunitas. Untungnya teman-teman di sana yang hadir sangat ramah dan
super duper baik. Dalam hati cuma bisa bilang, finally ketemu juga sama kalian orang-orang hebat.
Hari H.
Bangun pagi-pagi itu sudah menjadi kebiasaan, namun yang
tidak biasa adalah bangun pagi untuk mengajar di SD Negeri Ngariboyo 4.
Lokasinya saja Saya nggak tahu dan dengan baiknya panitia ada yang menunggu
Saya di Puskesmas Ngariboyo—karena Saya hanya tahu lokasi tersebut.
Datang dan parkir di halaman sekolah, disambut oleh
teriakan anak-anak berbaju pramuka dengan atribut lengkapnya yang sedang asyik
menyambut hari Sabtu mereka. Ada yang lari-lari, ada yang duduk-duduk dekat
tiang bendera, ada juga yang salaman dengan bapak atau ibu mereka yang
mengantar dengan sepeda motor.
Dan ketemulah Saya dengan rekan-rekan relawan pengajar
dengan formasi lengkap. Ada yang pekerjaannya dosen, script writer plus radio
announcer, pajak, illustrator,
dan tentara. Well, melihat profesi
Saya yang sudah sangat umum itu dan kerapkali ditakuti anak-anak karena semacam
sudah terpatri kalau dokter itu tukang nyuntik, Saya agak ciut dan panik hehe.
Bagaimana kondisi kelas?
Metode yang Saya berikan ke anak-anak SD Negeri 4
Ngariboyo pastinya berbeda antara kelas 1, 2, 3 dan 6—Saya mendapat bagian
mengajar di kelas-kelas tersebut. Untuk kelas 1, 2, dan 3 Saya mengenalkan diri
Saya dengan tidak mengenakan jas dokter sebelumnya—udah tahu kan alasannya
sekarang?—dan meminta mereka menebak pekerjaan Saya melalui games.
Saya melempar banyak box
dan beberapa di antaranya berisi gambar alat-alat kedokteran, disertai
huruf-huruf random yang jika disusun akan menjadi ‘d-o-k-t-e-r’ seperti saat
bermain scrabble. Kemudian, di box
yang tadi terdapat gambar alat-alat kedokteran, Saya mengenalkan kepada mereka
satu per satu termasuk jas dokter. Barulah Saya mengenakan pakaian dinas Saya
itu.
Setelah dikenalkan dengan alat-alatnya, kerusuhan pun
terjadi hehe bukan kerusuhan tapi ketertarikan sih tepatnya. Saya membuat fokus
mereka lagi dengan cara bermain dokter-dokteran. Dan memeragakan bagaimana cara
dokter berkomunikasi dengan pasien, kemudian mereka mengikuti. Children close their ears to advice, but
open their eyes to example. Oleh sebab itulah Saya berpikir kalau
menyontohkan langsung merupakan metode yang tepat bagi mereka.
Berjalan lancar?
Pastinya ada hambatan, semisal saat Saya di kelas 2 dan
fokus mereka terpecah. Kemudian kami bermain bisik bersambung yang diakhiri
dengan Saya yang mengajarkan mereka bagaimana cara mencuci tangan pakai sabun
yang benar.
Beda dengan kelas 1, kami duduk melingkar dan
beroper-oper hammer reflex yang Saya
bawa untuk kemudian kami berbicara mengenai siapa nama mereka dan apa cita-cita
mereka.
Pastinya diantara bermain-main tadi juga Saya selipkan
kalimat motivasi seperti belajar rajin, dan lain sebagainya.
Untuk di kelas 6, Saya tidak menggunakan box-box tadi karena wasting time dan Saya melihat bahwa mereka sudah berpikir sekali
terkait cita-cita mereka. Saya langsung menjelaskan mengenai perjalanan menjadi
dokter, apa saja tugas dokter dan bagaimana sebenarnya dibandingkan dengan apa
yang muncul di sinetron-sinetron, dan aplikasi langsung bermain dokter kecil.
Saya amaze dengan hasilnya karena
mereka sangat pandai dan mampu mengaplikasikan apa yang Saya jelaskan.
Setelah selesai dari kelas ke kelas, mereka diajak keluar
kelas untuk menghiasi tangan mereka dengan tinta warna-warni dan menempelkan ke
kain yang sudah diberi keterangan nama dan cita-cita.
Sebagai pengajar, Saya menghafal nama dan cita-cita satu
dua anak yang cukup aktif di kelas. Dan saat mereka antri untuk mewarnai
telapak tangan mereka, Saya melihat beberapa di antara mereka yang mengubah
cita-cita mereka menjadi profesi Saya. Kebanggaan tersendiri bagi Saya hari
itu, dan terharu hehe.
Sehabis melakukan pengecapan di kain, kami semua
berkumpul untuk menerbangkan pesawat kertas setinggi-tingginya. Seperti
cita-cita yang kami semua terbangkan setinggi-tingginya.
Antara haru, sedih, senang, salut dan apapun perasaan
Saya bercampur hari itu. Dan karena kawasannya desa sekali, melihat kacang
rebus dan singkong yang disajikan semacam happy
karena mereka memetik dari hasil kebun di kawasan tersebut.
Di sini, kami para pengajar tidak hanya memberikan
pengajaran, memberikan motivasi. Tapi Saya pribadi sangat mendapat pelajaran, motivasi,
dan inspirasi dari semua yang Saya temui. Dari panitia yang rela waktunya
dimanfaatkan untuk hal luar biasa seperti ini, relawan pengajar yang dari
berbagai kota yang dengan semangat datang memberikan ilmu, dan adik-adik SD
Negeri Ngariboyo 4 yang menurut Saya sangat mau berjuang meskipun mereka dari
kota yang tidak terlalu besar. Sebagai pendatang, Saya kagum.
Sekarang, even
Saya sendiri di kota ini Saya merasa tidak sendiri. Ada mereka anak-anak yang
sedang berjuang mengejar mimpi, seperti Saya yang juga masih memiliki mimpi
ke depannya. Serta, ada keluarga Kelas Inspirasi yang meramaikan kota ini.
Sekarang, Magetan tidak lagi sepi. Terima kasih semua, miss you all already. Kinda addictive!
Nandika Nurfitria
Relawan Pengajar
Roadshow Kelas Inspirasi Magetan
SDN Ngariboyo 4
Profesi : Dokter
ConversionConversion EmoticonEmoticon