Bagi
saya, bercerita di hadapan siswa-siswi SDN Ngancar 2 adalah back to school setelah lama vakum dari
kegiatan mengajar secara privat dan ekskul menulis kreatif di sebuah sekolah
dasar di kota tempat tinggal. Selain itu, saya ingin lebih mengenal kabupaten
tempat kelahiran saya yang masih sangat luas untuk dijelajahi.
SDN
Ngancar 2 tempat saya mengajar kali ini berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya
di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Pemandangan di
kanan-kiri bangunan sekolah begitu mengagumkan: lahan pertanian subur dengan
komoditas sayur (wortel, sawi, cabai, kol, dll), jalanan naik-turun, dan pepohonan
hijau lebat di atas di sekitar gunung.
Hawa
dingin pegunungan yang membuat kami menggigil kemudian berganti semangat setelah
dipandu Neser Ike Cahyaningrum, fasilitator yang memandu senam dengan iringan
lagu Dari Sabang sampai Merauke.
Kesempatan
pertama saya menceritakan profesi saya di kelas 3 dengan jumlah murid 8 orang,
tetapi hari itu seorang anak absen karena sakit. Mereka bukan anak-anak yang sama sekali
asing dengan profesi penulis. Mereka bisa menyebutkan bahwa penulis adalah
orang yang pekerjaannya menulis. Ketika saya tunjukkan buku cerita anak yang
saya tulis sebagai media dan alat peraga, mereka semakin antusias. Apalagi
ketika saya membacakan dengan nyaring (read
aloud) sebuah buku cerita bergambar karya rekan sesama penulis, Barbara Eni, seri Ayahku Hebat terbitan Kanisius, rata-rata anak menyimak dengan
serius. Ada seorang siswa bernama Tasya yang agak pendiam, tidak se-responsif
teman-temannya. Tapi siapa tahu dia malah lebih perhatian, bukan?
Usai
membacakan cerita, saya mencoba menguji pemahaman mereka dengan menanyakan kembali
isi cerita yang saya bacakan. Siapa tokohnya, apa pekerjaan ayah sang tokoh
dalam cerita, dan apa yang diinginkan tokoh tersebut, anak-anak bisa menjawab
dengan benar semua pertanyaan saya. Respons positif mereka memberikan energi
besar bagi saya untuk melanjutkan sesi berikutnya di kelas 4.
Kelas
4, jumlah siswa lebih banyak, 14 orang. Semuanya masuk sekolah, tidak ada yang
absen. Saya mengulang metode penyampaian materi yang sama dengan di kelas
sebelumnya. Kali ini respons anak-anak lebih ramai, mungkin karena usia yang
lebih tinggi dan jumlah anak yang lebih banyak.
Sebelum
mengakhiri materi di setiap sesi (kelas 3 dan 4), saya menanyakan apa cita-cita
mereka. Dengan latar belakang profesi orangtua yang rata-rata petani, cita-cita
mereka cukup beragam: menjadi guru, dokter, tentara, petugas pemadam kebakaran,
polisi, dan sopir truk. Tidak ada yang salah dengan cita-cita mainstream itu. Mereka dapat menjelaskan
alasan kenapa memilih sebuah profesi sebagai cita-citanya. Ingin seperti
guru-guru mereka di sekolah yang mengajarkan ilmu, ingin menjadi anggota TNI AL
agar bisa menjaga laut Indonesia dari pencurian ikan oleh kapal asing, ingin
menjadi sopir truk yang mendistribusikan bahan pangan ke daerah lain. Semuanya
pekerjaan yang mulia.
Ada
pula yang masih bimbang. Hari ini menyebutkan ingin jadi polisi, lalu beberapa
menit kemudian berganti ingin menjadi pemadam kebakaran.
Anak-anak,
jalan kalian menuju sukses masih panjang. Hari ini saya membagikan inspirasi
melalui cerita, kalian pun memberikan inspirasi kepada saya.
Terima
kasih kepada warga SDN Ngancar 2: Ibu Kepala Sekolah, bapak dan ibu guru,
siswa-siswi yang penuh semangat, juga rekan-rekan relawan dan adik-adik
fasilitator. Semoga kontribusi kita semua bermanfaat.
Maharani Aulia
Profesi : Penulis dan Penerjemah Buku Anak
Relawan Pengajar Kelas Inspirasi Magetan 6
ConversionConversion EmoticonEmoticon